Di bawah langit mendung Madiun, tepat pada Jumat–Sabtu, 31 Oktober hingga 1 November 2025, halaman SDIT Insan Madani berubah menjadi lautan semangat dan harapan. Tenda-tenda berdiri kokoh seperti barisan pasukan masa depan, sementara wajah-wajah muda para penggalang memancarkan optimisme dan keberanian. Tahun ini, Perkemahan Jumat Sabtu (Perjusa) hadir dengan tema “SI TATAS: Inovasi Tanpa Batas — Berani Berpikir, Berkarya, dan Bersaing.”
Tema itu bukan sekadar slogan yang tertulis di spanduk, melainkan nyala api yang membakar semangat setiap peserta. Mereka datang bukan hanya membawa perlengkapan berkemah, namun juga tekad untuk belajar, berkreasi, dan menantang batas diri.
Dibuka dengan Khidmat, Menggetarkan Jiwa
Upacara pembukaan menjadi momen yang tak terlupakan. Kak Djiarto, Ketua Harian Kwartir Cabang Madiun, hadir membuka kegiatan secara resmi. Dalam balutan seragam kebanggaannya, beliau memasuki arena perkemahan dengan mata yang berbinar, menyaksikan barisan pramuka yang berdiri tegap penuh hormat.
Ketika salah satu petugas upacara membacakan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, suasana mendadak hening dan khidmat. Suara lantang yang keluar dari dada kecil itu menyayat ruang udara, begitu dalam dan penuh makna. Tanpa disadari, bulu kuduk berdiri — bukan hanya bagi peserta, tapi juga bagi Kak Djiarto.
“Saya terharu melihat semangat kalian. Saya merinding saat tadi mendengar pembacaan UUD 1945. Kalian hebat. Kalian adalah kebanggaan bangsa,” ucapnya dengan suara bergetar, menahan haru.
Beliau juga menegaskan bahwa menjadi pramuka bukan sekadar kegiatan rutin sekolah.
“Apa yang kalian pelajari di sini akan menjadi bekal hidup. Saya yakin suatu hari kalian merasakan betapa pramuka membentuk karakter, keberanian, dan kepemimpinan. Manfaat itu akan menyertai perjalanan kalian.”
Kata-kata itu menggema, menancap kuat dalam jiwa setiap penggalang yang mendengarnya.
Belajar Hidup, Membangun Karakter
Sepanjang perkemahan, peserta mengikuti berbagai kegiatan seru dan mendidik: simulasi kepemimpinan, jelajah malam, lomba pionering, api unggun kreatif, hingga renungan malam yang mengajarkan makna syukur dan tanggung jawab.
Tawa lepas, peluh yang jatuh, dan percikan api unggun malam itu menjadi saksi bahwa pembelajaran paling berharga seringkali terjadi di luar kelas — di tanah lapang, di bawah bintang, di antara sahabat seperjuangan.
Para penggalang belajar bahwa inovasi lahir dari keberanian mencoba. Bahwa karya mencerminkan keikhlasan proses. Dan bahwa persaingan bukan tentang menjatuhkan, melainkan saling mendorong menjadi lebih baik.
Generasi Tangguh, Jejak Masa Depan
Perjusa tahun ini bukan sekadar agenda tahunan. Ia adalah catatan sejarah kecil yang kelak menjadi langkah besar bagi anak-anak ini. Mereka bukan hanya pulang membawa pakaian yang beraroma alam, tetapi juga hati yang lebih kuat, pikiran yang lebih terbuka, dan jiwa yang lebih siap menghadapi zaman.
Di halaman sekolah itu, kita melihat masa depan: generasi yang tak takut bermimpi, tak ragu berinovasi, dan pantang mundur bersaing secara sehat.
Karena SI TATAS bukan sekadar tema. Ia adalah gerakan hati. Panggilan keberanian. Dan nyanyian optimisme yang tak lagi dibatasi tembok, waktu, atau ketakutan.
Dan sebagaimana bara api unggun yang perlahan padam, semangat mereka justru menyala makin terang.








0 comments:
Posting Komentar